Keraton Yogyakarta Luncurkan 2 Gendhing Gati Baru

Redaksi - 28 Oktober 2020

Top jabar, Jakarta- Keraton Yogyakarta meluncurkan album Gendhing Gati Volume 2. Album yang berisi 18 gending (lagu) tersebut diluncurkan bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-92, dengan dua gending di antaranya merupakan gending baru yaitu Gendhing Gati Taruna dan Gendhing Gati Bhinneka.

Dua gending anyar tersebut dibawakan Abdi Dalem Wiyaga yang bertugas memainkan gamelan dengan Abdi Dalem Musikan yang memainkan instrumen musik Barat di Kagungan Dalem Bangsal Mandalasana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Rabu (28/10/2020) sore.

“Pada waktu 17 Agustus kita launching Gendhing Gati volume pertama itu ada 15 gending. Kemudian hari ini kita launching volume 2 itu ada 18 gending, gathinya 16 gending. Yang 2 itu gending bonus,” kata Penghageng KHP Kridhomardowo, KPH Notonegoro.

Notonegoro menjelaskan dua gending baru ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono X tersebut menampilkan semangat perjuangan dan semangat kemerdekaan. Kedua gending ini berdurasi masing-masing 5 menit.

Dijelaskan bahwa Gendhing Gati Taruna diambil dari kata ‘taruna’ yang berarti ‘muda’. Gending inj memiliki karakter agung, ceria, penuh ekspresi, semangat, dan gembira layaknya para pemuda.

“Gendhing Gati Taruna ini juga memiliki permainan instrumen tiup (terompet) yang poliponik atau membentuk jalinan lagu sendiri yang memiliki dua suara yaitu suara I dan II,” ujarnya.

Kemudian Gendhing Gati Bhinneka berasal kata ‘bhinneka’ yang berarti beraneka ragam. Gending ini memiliki aneka ragam irama dan melodi, terutama dalam instrumen alat tiupnya.

“Semangat kebinekaan itu sangat kuat karena gendingnya menggunakan alat musik keprajuritan seperti tambur dan terompet. Ini memang sangat khas dan hanya ada di Keraton Yogyakarta,” katanya.

Lanjutnya, kedua gending ini juga mengilustrasikan kolaborasi antara musik gamelan dengan musik barat.

“Zaman dahulu Keraton Yogyakarta itu memang selalu berada terdepan untuk melakukan inovasi-inovasi. Pada saat kita yang sudah terbiasa menggunakan alat musik gamelan. Kemudian alat musik Barat itu hadir, oleh Keraton Yogyakarta kemudian dilakukan asimilasi, dikombinasikan menjadi harmoni dan menjadi suatu keindahan baru,” ujarnya.**red

Baca Juga :

Loading

TERKAIT:

POPULER: