Menjaga Warisan, Sakola Motekar Tampilkan Pesona Ciamis di Festival Permainan Rakyat Jabar 2025

Krismanto - 26 Juni 2025

TOP JABAR – Sebuah pertunjukan sederhana dari anak-anak Sakola Motekar, Kabupaten Ciamis, sukses mencuri perhatian dalam gelaran Festival Permainan Rakyat Jawa Barat 2025 yang berlangsung di Teater Tertutup Taman Budaya Jawa Barat, Bandung.

Dengan mengusung lakon Ngabungbang: Ulin di Buruan Mangsa Caang Bulan, kelompok ini menyuguhkan pertunjukan yang bukan sekadar hiburan, melainkan juga ruang edukasi dan pelestarian budaya.

Di panggung, permainan tradisional seperti péclék, congklak, pérépét jéngkol, hingga sapantrong kembali hidup melalui tawa riang dan kekompakan anak-anak.

Namun, kekuatan pertunjukan ini terletak bukan hanya pada keberagaman permainannya, melainkan pada narasi budaya yang mengalir di balik gerak dan lagu.

Tokoh Nini Antéh—simbol memori kolektif dalam tradisi lisan masyarakat Sunda—dihadirkan sebagai pengikat nilai-nilai masa lalu dan masa kini. Ia menjadi penutur, penjaga, sekaligus jembatan antara generasi.

Sakola Motekar membuktikan bahwa pendidikan budaya bisa dibangun dari pengalaman, bukan sekadar hafalan. Anak-anak belajar budaya melalui tubuh, irama, tawa, dan interaksi alami dalam permainan.

Mereka tidak hanya tampil di panggung, tapi juga ikut menyusun dinamika pertunjukan, memainkan alat musik, dan membangun kerja tim—menjadikan mereka pelaku budaya sejati.

Di bawah bimbingan dua seniman sekaligus pendidik budaya, Deni Weje dan Mang Ebel, pendekatan ini menunjukkan hasil yang kuat.

Sakola Motekar hadir bukan hanya sebagai kelompok seni, tetapi sebagai model pendidikan karakter berbasis lokalitas yang sangat relevan di tengah arus globalisasi budaya.

Festival Permainan Rakyat Jawa Barat sendiri merupakan inisiatif strategis dari UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat untuk merawat dan memajukan permainan rakyat sebagai bagian dari warisan budaya tak benda.

Tahun ini, tema “Masyarakat Jawa Barat Bahagia, Rukun, Mengenal dan Mencintai Budayanya” terwakili dengan kuat dalam berbagai penampilan, salah satunya melalui Sakola Motekar.

Lewat anak-anak ini, kita diingatkan bahwa mencintai budaya tak harus melalui cara yang rumit. Cukup dengan membuka halaman rumah, membiarkan anak bermain, tertawa, dan menyerap nilai-nilai leluhur yang hidup dalam permainan.

Sakola Motekar mengajarkan satu hal penting: menjaga warisan budaya bisa dimulai dari yang paling sederhana—dari tawa anak-anak yang bermain dengan makna.**

Loading

TERKAIT:

POPULER: