Kepala DPPKB Bandung: Stunting Kini Menyerang Kelas Menengah Atas, Kesadaran Gizi Penting di Semua Lapisan
Krismanto - 4 September 2024

Krismanto - 4 September 2024
TOP JABAR, Kota Bandung – Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bandung mengungkapkan bahwa kasus stunting, atau gangguan pertumbuhan pada anak, kini mulai ditemukan di kalangan masyarakat kelas menengah ke atas di Kota Bandung. Meski demikian, DPPKB belum merinci secara detail jumlah kasus stunting yang terjadi di kelompok tersebut.
Kepala DPPKB Kota Bandung, Kenny Dewi Kaniasari, menjelaskan bahwa kasus stunting selama ini lebih sering dikaitkan dengan masyarakat kelas menengah ke bawah, namun tren saat ini menunjukkan bahwa masalah tersebut juga muncul di kalangan masyarakat dengan ekonomi yang lebih baik.
Kenny menambahkan bahwa kondisi ini menyoroti pentingnya kesadaran gizi dan pola asuh yang baik di seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya terbatas pada aspek ekonomi semata.
Kenny Dewi Kaniasari, memberikan contoh terkait ditemukannya kasus stunting di kalangan kelas menengah atas. Ia menyebutkan, ada ibu-ibu muda yang berkarir dan menitipkan anak mereka kepada keluarga atau asisten rumah tangga. Namun, keluarga dan asisten rumah tangga tersebut sering kali belum teredukasi secara optimal mengenai pola asuh yang benar.
“Ada (kasusnya),” kata Kenny.
Hal ini, menurut Kenny, menjadi salah satu faktor yang turut mempengaruhi terjadinya stunting, meskipun keluarga tersebut secara ekonomi tergolong mampu.
Baca Juga :
Meriahkan HUT ke-214, Pemkot Bandung Bakal Gelar Pawai Kendaraan Hias Spektakuler
Kenny mengatakan kasus stunting di Kota Bandung pada tahun 2023 mencapai 16,3 persen atau sebanyak 6.142 balita. Angka tersebut menurun dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 22 persen.
Pada 2024, ia menyebut target penurunan angka stunting diharapkan bisa mencapai 14 persen secara nasional. Selama ini, upaya pencegahan terus dilakukan melalui aspek kesehatan dan non kesehatan.
Menurutnya, upaya pencegahan mulai dari edukasi, infrastruktur hingga pemberian makanan tambahan kepada anak yang mengalami stunting. Namun, tantangan yang dihadapi di lapangan yaitu edukasi masyarakat terhadap stunting yang masih rendah.*[red]