Upaya DKPP Dalam Pengendalian Inflasi Pangan
Roel - 6 Februari 2023

Roel - 6 Februari 2023
TOP JABAR, Kota Bandung – Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa secara umum yang berlangsung secara terus menerus, Inflasi akan terjadi jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat sehingga berdampak pada turunnya nilai uang.
Pada tahun 2022, Kota Bandung mengalami inflasi month to month sebesar 2,04%. Sedangkan, secara year to year mengalami inflasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 7,45%. Kontribusi kenaikan inflasi ini dapat dilihat dari kenaikan tarif air PAM sebesar 1,77, telur ayam ras sebesar 0,05, beras sebesar 0,04, daging ayam ras sebesar 0,02, tahu mentah sebesar 0,02, dan rokok putih sebesar 0,01.
Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa nilai inflasi bahan pangan relatif terkendali terutama dari komoditas pangan yang bersifat bergejolak (volatile food).
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung sebaga salah satu unsur pemerintah yang menangani urusan pangan, pertanian, dan perikanan telah ikut melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan inflasi khususnya untuk komoditas pangan pokok. Upaya tersebut dilakukan melalui gerakan urban farming terintegrasi yang dikenal dengan istilah Buruan SAE.
Sampai hari ini, sudah berkembang sejumlah 335 kelompok Buruan SAE yang tersebar di 151 Kelurahan sehingga masyarakat mampu memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga di lingkungannya, bahkan mampu mendukung secara ekonomi meski hanya memanfaatkan lahan yang sempit.
Dalam rangka penguatan keberadaan Buruan SAE khususnya dalam penguatan pengendalian inflasi, DKPP Kota Bandung bersama dengan Bank Indonesia perwakilan Jabar pada tahun 2022 membangun kampung-kampung inflasi organik tower garden (OTG), teknik penanaman secara vertikultur untuk memperbanyak jumlah lubang dalam lahan sempit.
Pada implementasi tahap pertama, sebanyak 1.500 unit OTG diaktifkan untuk 30 kelompok di 30 Kecamatan se-Kota Bandung. Setiap kelompok mengelola 50 unit Organik Tower Garden. Adapun komoditas yang ditanam dalam OTG adalah bawang merah dan cabai rawit sebagai komoditas penyumbang inflasi.
Hasilnya, produksi bawang merah cukup menarik bagi sebuah kota yang dalam sejarah belum pernah produksi bawang merah, kali ini lebih dari 16 lokasi panen secara besama. Diperoleh bawang merah sebanyak kurang lebih 1,5 ton. Masyarakat Kota Bandung yang bukan petani dan hampir tidak punya keterampilan bertani dan pengalaman pertanian mampu berproduksi sendiri bawang merah yang biasanya menjadi pangan strategis yang menyebabkan inflasi.
Baca Juga :
Selain itu, upaya lain yang dilakukan, DKPP Kota Bandung juga melaksanakan berbagai kegiatan, seperti: (1) pemantauan ketersediaan, harga, pasokan dan keamanan pangan setiap hari; (2) turun ke jalan melaksanakan kegiatan kampanye “Don’t Panic Buying”; (3) memberikan bantuan pupuk dan bibit tanaman ke petani dan masyarakat; (4) mengadakan pelatihan olahan hasil pertanian; (5) peternakan dan perikanan; (6) memberikan bantuan pangan berupa beras melalui ATM Beras untuk masyarkat rentan pangan dan stunting; (7) melaksanakan Gerakan Pangan Murah (GPM) di 30 titik yang tersebar di Kota Bandung bekerja sama dengan Badan Pangan Nasional dan DKPP Provinsi Jabar; (8) penyusunan peta kerentanan rawan pangan (FSVA); (9) kegiatan Aksi Mitigasi Inflasi Horti (AMIH) berupa gerakan penanaman bawang merah dan cabe; (10) melakukan kerjasama dan koordinasi dengan Baznas Kota Bandung, Satgas Pangan, Kamar Dagang Indonesia Kota Bandung, dan Stakeholder lainnya yang tergabung dalam TPID untuk bersama berupaya dalam pengendalian inflasi di Kota Bandung.
“Segala upaya ini tentunya harus didukung bersama bersinergi dengan sektor lain maupun dinas/lembaga/stakeholder secara pentahelix agar menjadi kekuatan pembangunan di Kota Bandung,” ujar Kepala DKPP Kota Bandung, Ir. Gin Gin Ginanjar, M.Eng.***[tim/ded]